Artikel Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Berita Taman Nasional Gunung Halimun Salak

TNGHS Peran Perkebunan dan Tantangan Ekosistem

TNGHS Peran Perkebunan dan Tantangan Ekosistem

TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak) menghadapi tantangan kompleks dari berbagai aktivitas perkebunan di dalam wilayahnya. Kawasan konservasi seluas 87.699 hektare ini memiliki bentuk seperti bintang dengan enklave perkebunan tersebar. Kondisi ini menciptakan dinamika unik antara konservasi dan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar.

Enklave perkebunan teh dan kopi berada langsung di dalam kawasan TNGHS, sehingga menimbulkan berbagai dampak terhadap ekosistem. Namun demikian, tanaman kopi memiliki manfaat konservasi seperti penyerapan karbon dioksida hingga 25 ton per hektar per tahun. Selain itu, perkebunan berkelanjutan dapat mendukung upaya pelestarian jika dikelola dengan tepat.

Ekosistem hutan pegunungan TNGHS berperan penting sebagai penyangga kehidupan dan pencegah banjir. Oleh karena itu, pengelolaan perkebunan harus seimbang dengan fungsi konservasi. Program kemitraan konservasi menjadi solusi melalui Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem sebagai jalan tengah pengelolaan bersama masyarakat.

Tantangan utama meliputi fragmentasi habitat, konflik satwa-manusia, dan degradasi kualitas air. Meskipun begitu, implementasi agroforestri dan praktik ramah lingkungan dapat meminimalkan dampak negatif. Keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan memerlukan pendekatan holistik dalam pengelolaan kawasan konservasi TNGHS.

Solusi berkelanjutan mencakup edukasi petani, pengembangan ekowisata, serta penerapan teknologi hijau dalam praktik perkebunan. Dengan demikian, perkebunan dapat menjadi mitra konservasi yang mendukung pelestarian ekosistem.

Baca Artikel Lainnya